Stunting dan gizi buruk adalah dua masalah gizi utama yang mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Keduanya merupakan indikator status gizi buruk, namun sebenarnya memiliki perbedaan penting.
Dalam artikel ini, kita akan meninjau apa itu stunting dan gizi buruk, bagaimana keduanya berbeda dalam hal penyebab, gejala, dan dampaknya, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan menangani kedua kondisi ini.
Apa Itu Stunting?
Stunting adalah kondisi di mana seorang anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya. Stunting terjadi akibat dari kekurangan gizi kronis yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, atau yang dikenal dengan periode 1000 hari pertama kehidupan.
Stunting disebabkan oleh asupan gizi yang tidak adekuat dalam jangka panjang, yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Anak-anak pendek (stunted) biasanya 10 cm atau lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan menurut usianya.
Menurut data UNICEF tahun 2019, sekitar 149 juta anak balita di dunia mengalami stunting. Di Indonesia, prevalensi stunting pada tahun 2021 mencapai 24,4 persen, artinya lebih dari 1 dari 5 anak balita Indonesia mengalami stunting.
Apa Itu Gizi Buruk?
Gizi buruk adalah kondisi kekurangan gizi akut yang disebabkan oleh asupan makanan yang sangat kurang dalam waktu yang singkat. Gizi buruk ditandai dengan berat badan yang jauh di bawah normal untuk usia anak.
Anak dengan gizi buruk biasanya sangat kurus dengan lengan yang sangat tipis, tulang pipi menonjol, perut buncit (karena organ dalam membesar sementara otot mengecil), rambut mudah dicabut, dan tampak lesu. Berat dan tinggi badan anak jauh di bawah standar normal untuk usianya.
Diperkirakan sekitar 47 juta anak balita di dunia menderita gizi buruk pada tahun 2019. Di Indonesia, prevalensi gizi buruk pada 2021 adalah 1,7 persen, yang berarti lebih dari 350 ribu balita mengalami gizi buruk.
Perbedaan Utama antara Stunting dan Gizi Buruk
Meskipun stunting dan gizi buruk sama-sama merupakan masalah gizi pada anak, keduanya sebenarnya sangat berbeda. Berikut adalah perbedaan utama antara stunting dan gizi buruk:
1. Waktu terjadinya
- Stunting terjadi secara perlahan dalam kurun waktu yang lama, yaitu sejak janin dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
- Gizi buruk dapat terjadi dalam hitungan minggu atau bulan akibat kekurangan gizi akut.
2. Penyebab
- Stunting disebabkan kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang.
- Gizi buruk umumnya disebabkan kekurangan gizi akut akibat asupan makanan yang sangat kurang dalam waktu singkat.
3. Dampak pertumbuhan fisik
- Stunting menyebabkan anak pendek (stunted) dibandingkan anak sebayanya.
- Gizi buruk menyebabkan anak sangat kurus (wasted).
4. Komplikasi
- Stunting dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan menurunkan kekebalan tubuh.
- Gizi buruk dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius dan fatal seperti diare, ISPA, hipotermia, dan kematian.
Penyebab Stunting pada Anak
Beberapa faktor risiko utama yang dapat menyebabkan stunting pada anak adalah:
1. Gizi ibu hamil yang buruk
Ibu hamil dengan status gizi buruk berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan stunting. Gizi ibu yang buruk juga berkaitan dengan pertumbuhan janin yang terhambat di dalam kandungan.
2. Pemberian ASI yang tidak optimal
ASI mengandung zat gizi penting untuk pertumbuhan bayi. Pemberian ASI yang tidak eksklusif, terputus, atau berhenti terlalu dini dapat meningkatkan risiko stunting.
3. MPASI yang tidak sesuai
Pemberian MPASI terlalu dini, tidak cukup zat gizi, atau terlalu encer dapat menyebabkan asupan gizi bayi kurang optimal.
4. Infeksi berulang
Infeksi seperti diare dan ISPA yang berulang dapat mengganggu penyerapan zat gizi dan pertumbuhan anak.
5. Stimulasi yang kurang
Kurangnya stimulasi psikososial juga dikaitkan dengan risiko stunting. Stimulasi penting untuk perkembangan kognitif dan sosial anak.
6. Sanitasi dan higiene buruk
Lingkungan yang kumuh, air minum tercemar, dan higiene buruk dapat meningkatkan paparan anak terhadap penyakit infeksi.
7. Kemiskinan
Kemiskinan membatasi akses terhadap makanan bergizi, perawatan kesehatan, dan sanitasi yang baik, sehingga meningkatkan risiko stunting.
Gejala Stunting pada Anak
Beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan seorang anak mengalami stunting antara lain:
- Tinggi badan tidak sesuai dengan standar usianya, tampak lebih pendek dibandingkan anak sebaya
- Berat badan terlalu rendah untuk tinggi badannya
- Perkembangan motorik dan kognitif terlambat
- Wajah tampak lebih muda dibandingkan usianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Rambut tipis dan mudah rontok
- Sering sakit atau terinfeksi penyakit
- Kurang energik dan cepat lelah
- Daya tahan tubuh lemah
Apabila ditemukan satu atau beberapa tanda di atas, sebaiknya orang tua segera konsultasikan kondisi anaknya dengan tenaga kesehatan untuk penanganan dan intervensi gizi lebih lanjut. Semakin dini stunting terdeteksi, semakin baik prognosisnya.
Dampak Jangka Panjang Stunting
Jika tidak ditangani dengan tepat, stunting dapat memberikan dampak jangka panjang bagi pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, dan produktivitas anak di masa depan:
1. Gangguan pertumbuhan fisik
Anak-anak yang mengalami stunting berisiko tetap pendek saat dewasa dan memiliki proporsi tubuh yang tidak ideal, seperti berat badan berlebih.
2. Gangguan perkembangan otak
Stunting dapat menghambat perkembangan kognitif anak karena kurangnya asupan gizi untuk otak. Anak stunted berisiko memiliki IQ yang lebih rendah.
3. Penurunan kekebalan tubuh
Stunting melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga anak lebih rentan terkena penyakit infeksi dan komplikasi kesehatan lainnya.
4. Masalah kesehatan di masa dewasa
Stunting meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kanker di masa dewasa.
5. Produktivitas dan penghasilan rendah
Stunting dikaitkan dengan tingkat pendidikan, keterampilan, dan produktivitas kerja yang lebih rendah di masa dewasa.
Mencegah stunting sejak dini sangat penting untuk memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta produktif di masa depan.
Penyebab Gizi Buruk pada Anak
Beberapa penyebab utama gizi buruk pada anak adalah:
1. Asupan makanan yang sangat kurang
Ini bisa terjadi karena keterbatasan pangan di rumah tangga, ketidakmampuan menyusui ibu, atau penyakit yang menghambat asupan makan anak.
2. Penyakit infeksi
Penyakit seperti diare, malaria, ISPA dapat menurunkan nafsu makan dan mengganggu penyerapan gizi.
3. Gangguan pencernaan
Gangguan seperti diare kronis dan cacingan dapat menghambat penyerapan nutrisi dalam tubuh.
4. Air susu ibu (ASI) tidak mencukupi
Kurangnya produksi ASI atau pemberian ASI yang tidak eksklusif menyebabkan bayi kekurangan gizi.
5. Berat lahir rendah
Bayi dengan berat lahir sangat rendah (< 2500 gram) berisiko gizi buruk karena cadangan energinya sangat minim.
6. Pengetahuan ibu yang kurang
Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dapat berakibat pada pola asuh dan pemberian makan yang salah.
7. Faktor sosial ekonomi
Kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, dan ketidaksetaraan gender turut berperan meningkatkan risiko gizi buruk.
Gejala Gizi Buruk pada Anak
Beberapa tanda yang menunjukkan seorang anak menderita gizi buruk:
- Berat badan jauh di bawah normal untuk usianya
- Kulit terlihat kering dan mengelupas
- Wajah tampak seperti orang tua karena kehilangan lemak dan otot
- Perut buncit sementara lengan dan kaki sangat kurus
- Rambut mudah dicabut dan tampak tipis
- Mata cekung dan tampak lesu
- Sering sakit dan lemah karena daya tahan tubuh rendah
- Perkembangan motorik dan mental terhambat
- Anak rewel, mudah marah dan menangis
Anak dengan gizi buruk membutuhkan perawatan gizi dan medis segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mengancam jiwa.
Komplikasi dan Dampak Gizi Buruk
Jika gizi buruk tidak segera ditangani, berikut adalah komplikasi dan dampak jangka panjang yang dapat terjadi:
1. Gangguan pertumbuhan
Gizi buruk dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak secara permanen.
2. Gangguan metabolisme
Gizi buruk dapat menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, terutama hati dan ginjal.
3. Sistem imun lemah
Gizi buruk melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terinfeksi penyakit.
4. Kematian
Tanpa intervensi gizi, 1 dari 12 anak dengan gizi buruk berat bisa meninggal dunia.
5. Stunting
Gizi buruk berat yang berlangsung lama dapat menyebabkan stunting atau tubuh pendek.
6. Masalah neurologis
Gizi buruk dapat mengganggu perkembangan otak dan menurunkan kecerdasan (IQ).
7. Produktivitas rendah
Gizi buruk berdampak buruk bagi pendidikan, keterampilan, dan produktivitas anak di masa depan.
Mencegah dan menangani gizi buruk sejak dini sangat penting untuk menyelamatkan jiwa anak serta mencegah komplikasi jangka panjang.
Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk Secara Ringkas
Berikut adalah ringkasan perbedaan utama antara stunting dan gizi buruk:
Aspek | Stunting | Gizi Buruk |
Definisi | Tinggi badan di bawah standar usia | Berat badan sangat rendah untuk usia |
Waktu terjadi | Secara perlahan dalam 1000 hari pertama kehidupan | Muncul dalam hitungan minggu atau bulan |
Penyebab | Kekurangan gizi kronis jangka panjang | Kekurangan gizi akut |
Dampak pertumbuhan | Anak pendek (stunted) | Anak kurus (wasted) |
Komplikasi | Gangguan metabolisme, daya tahan tubuh turun | Kematian, infeksi, gangguan organ dalam |
Pencegahan | Perbaiki gizi ibu hamil dan anak di bawah 2 tahun | Tingkatkan asupan gizi segera |
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Beberapa upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan adalah:
- Meningkatkan akses ibu hamil terhadap suplemen gizi, seperti tablet tambah darah dan kalsium.
- Memastikan ibu mengikuti pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di fasilitas kesehatan.
- Mendorong pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan pendamping.
- Memulai pemberian MPASI bergizi dan tepat waktu pada usia 6 bulan.
- Rutin memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak.
- Memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap untuk mencegah penyakit infeksi.
- Meningkatkan akses keluarga terhadap air bersih, sanitasi, dan perumahan yang layak.
- Melakukan stimulasi psikososial yang optimal sejak dini.
- Menyebarluaskan edukasi orang tua dan masyarakat tentang gizi seimbang.
Cara Mencegah Gizi Buruk pada Anak
Beberapa upaya pencegahan gizi buruk meliputi:
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain.
- Memulai MPASI tepat waktu pada usia 6 bulan dengan menu seimbang dan bergizi.
- Rutin memantau berat badan bayi dan balita setiap bulan.
- Memastikan anak mendapatkan imunisasi dan vitamin A sesuai jadwal.
- Mencuci tangan pakai sabun serta menjaga higiene makanan dan minuman anak.
- Memberikan suplemen gizi pada bayi dan balita yang berisiko gizi buruk.
- Meningkatkan akses ibu hamil dan menyusui terhadap konseling dan dukungan gizi.
- Melakukan deteksi dini dan pengobatan cepat pada anak dengan penyakit infeksi.
- Meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan akses terhadap makanan bergizi.
Kesimpulan
Stunting dan gizi buruk adalah dua masalah gizi utama pada anak yang harus segera ditangani. Keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam hal waktu terjadinya, penyebab, gejala, dampak jangka panjang, serta strategi pencegahan dan penangannya.
Stunting disebabkan kekurangan gizi kronis dalam 1000 hari pertama kehidupan yang mengakibatkan anak pendek. Sementara gizi buruk umumnya disebabkan kekurangan gizi akut yang mengakibatkan anak sangat kurus.
Mencegah stunting membutuhkan perbaikan gizi ibu hamil hingga anak berusia 2 tahun, sedangkan gizi buruk membutuhkan peningkatan asupan gizi segera pada anak. Kuncinya adalah deteksi dini, intervensi gizi yang tepat, dan kerja sama lintas sektor untuk menjamin hak setiap anak mendapatkan gizi yang cukup.