Internet telah menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Beragam aktivitas mulai dari bekerja, belajar, berbelanja, dan lain sebagainya
Namun di balik tingginya kebutuhan akan internet, sejumlah tantangan dan kesulitan kerap muncul. Mulai dari keterbatasan akses, hingga mahalnya biaya berlangganan menjadi persoalan yang sering dikeluhkan. Lantas seberapa besar sebenarnya pengeluaran internet warga Indonesia saat ini? Bagaimana perbandingan biaya internet antar wilayah perkotaan dan pedesaan? Serta langkah apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini?
Rerata Pengeluaran Internet Warga Indonesia per Bulan
Berdasarkan hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2022, rerata pengeluaran masyarakat Indonesia untuk biaya internet setiap bulannya adalah sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000. Angka ini didapat dari tanggapan mayoritas responden survei, yakni sebanyak 54,4%, yang menyatakan mengalokasikan dana sebesar itu setiap bulan untuk berlangganan internet.
Menariknya, kisaran biaya Rp50.000-Rp100.000 ini telah mendominasi alokasi pengeluaran internet warga Indonesia sejak tahun 2020 hingga 2022. Meski demikian, porsinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada 2020, responden yang mengalokasikan dana internet Rp50.000-Rp100.000 mencapai 63,6%, turun menjadi 57,3% di 2021, dan 54,4% pada 2022.
Pergeseran pola pengeluaran ini mengindikasikan semakin tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia akan koneksi internet yang berkualitas. Mereka rela menambah anggaran untuk mendapatkan layanan internet broadband dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Rincian Biaya Internet Seluler dan Berlangganan Wifi
Jika dilihat lebih rinci, terdapat variasi pengeluaran internet antara penggunaan mobile broadband (seluler) dan wifi berlangganan di rumah atau kantor.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2022, mayoritas pengguna internet seluler di Indonesia mengeluarkan biaya sekitar Rp50.000-Rp100.000 per bulan, yakni sebanyak 45% responden. Sementara 35,3% mengaku mengeluarkan biaya Rp10.000-Rp50.000 per bulan. Hanya segelintir responden yang mengaku mengeluarkan biaya lebih dari Rp100.000 per bulan untuk berlangganan paket data seluler.
Sedangkan untuk berlangganan koneksi wifi di rumah atau kantor, mayoritas responden mengaku mengeluarkan biaya sekitar Rp100.000-Rp300.000 per bulan. Temuan APJII menyebutkan 67,4% responden berlangganan wifi dengan kisaran harga tersebut pada awal 2022. Selebihnya ada yang mengeluarkan kurang dari Rp100.000 dan di atas Rp300.000 per bulan.
Melihat data ini, rata-rata pengeluaran untuk wifi berlangganan cenderung lebih mahal ketimbang paket data seluler. Hal ini wajar mengingat kualitas dan kestabilan koneksi wifi umumnya lebih baik ketimbang mobile broadband.
Perbandingan Biaya Internet antara Perkotaan dan Pedesaan
Jika dibandingkan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, terlihat adanya kesenjangan pengeluaran untuk biaya internet. Survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) bersama IDN Research Institute pada 2021 mengungkap bahwa rerata pengeluaran rumah tangga di perkotaan untuk internet mencapai Rp143.613 per bulan.
Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rerata pengeluaran rumah tangga di pedesaan yang hanya Rp24.167 per bulan. Artinya, masyarakat perkotaan mengeluarkan hampir 6 kali lipat biaya internet dibandingkan warga desa.
Perbedaan ini dapat dimaklumi lantaran infrastruktur internet di perkotaan jauh lebih baik dan tersedia pilihan paket yang lebih beragam. Sedangkan di desa, kendala utama adalah minimnya akses terhadap internet broadband. Masyarakat desa umumnya masih mengandalkan sinyal seluler 3G/4G yang kualitasnya terbatas.
Oleh karena itu, upaya percepatan infrastruktur TIK di wilayah pedesaan dan terpencil sangat diperlukan untuk mengatasi kesenjangan ini. Pemerataan akses internet berkualitas menjadi kunci untuk mendorong literasi dan inklusi digital bagi seluruh warga Indonesia.
Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kesenjangan Digital
Menyadari pentingnya pemerataan akses TIK, Pemerintah Indonesia telah menggelontorkan anggaran triliunan rupiah untuk program percepatan infrastruktur internet di seluruh pelosok negeri.
Melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemerintah menganggarkan sekitar Rp17 triliun per tahun hingga 2024 untuk pembangunan menara 4G di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Tujuannya adalah memberikan akses internet broadband 4G kepada masyarakat di pelosok desa yang selama ini belum terjangkau sinyal.
Selain itu, proyek besar lainnya adalah pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring senilai Rp7,6 triliun yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Proyek ini bertujuan memperluas jangkauan internet broadband berkecepatan tinggi hingga ke pelosok nusantara.
Dalam mengatasi kesenjangan digital, pemerintah perlu memperhatikan tiga level, yaitu:
- Akses digital (ketersediaan infrastruktur)
- Penggunaan dan kecakapan digital (literasi)
- Keuntungan digital (manfaat ekonomi dan sosial)
Semua elemen tersebut perlu diperhatikan secara menyeluruh, bukan hanya sekadar menyediakan akses saja. Agar internet bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat, maka literasi dan inklusi digital juga perlu digalakkan.
Dengan demikian, upaya pemerintah untuk mengatasi kesenjangan digital memerlukan strategi yang komprehensif. Bukan hanya menyediakan akses, tapi juga memastikan masyarakat mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kesimpulan
Biaya internet telah menjadi bagian penting dalam anggaran rumah tangga warga Indonesia saat ini. Meski demikian, masih terdapat tantangan berupa kesenjangan akses dan kualitas internet antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Pemerintah tengah berupaya mengatasi persoalan ini melalui percepatan infrastruktur TIK hingga ke pelosok desa. Namun yang tak kalah penting adalah memastikan masyarakat mampu memanfaatkan akses internet secara bijak dan produktif demi kemajuan bangsa.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dapat menikmati akses internet yang terjangkau dan berkualitas. Sehingga kesenjangan digital dapat dikikis sedikit demi sedikit, demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan maju berkat pemanfaatan teknologi digital.